Makalah dan Salindia Kelompok (Menikmati Hikayat Sebagai Cerita Pelipur Lara) Semester Ganjil
MAKALAH
MENIKMATI CERITA SEBAGAI CERITA PELIPUR LARA “ HANG TUAH “
DISUSUN OLEH:
NAMA: 1. MUHAMMAD NUR ALIF FATHIR
2. AFGHANI AQNIA
3. DWI ADITIA
4. PRISCILLA KEYZA NHARA C.
5. SAUNA ZAHARA
6. SYERA AULIA SAVIRA
GURU PEMBIMBING: IBU ANA MERLIN WIJAYA’ M.Pd.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan Terima Kasih yang setulus-tulusnya kepada
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
2. Ibu Ana Merlin Wijaya M. Pd selaku Guru Pembimbing Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak Inspirasi, Motivasi , serta Kritik dan Saran
3. Kepada Orang Tua kami yang kami cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat.
4. kepada kelompok menikmati cerita sebagi cerita pelipur lara yang Semangat mengerjakan tugas Makalah ini hingga selesai.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
Mnfaat
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang:
Latar belakang Hang Tuah mencakup asal-usulnya sebagai tokoh dari rakyat biasa yang menjadi laksamana dan pahlawan besar dalam kesetiaannya kepada Sultan Malaka. Hang Tuah adalah lambang kesetiaan dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dalam perang maupun dalam dilema moral yang dihadapi bersama sahabatnya, Hang Jebat. Kisahnya meninggalkan jejak mendalam dalam tradisi sastra dan budaya Melayu.Latar belakang Hang Tuah berhubungan dengan salah satu tokoh legenda paling terkenal dalam sejarah dan sastra Melayu. Hang Tuah adalah pahlawan Melayu yang diceritakan dalam Hikayat Hang Tuah, sebuah karya sastra klasik Melayu yang berfungsi sebagai representasi ideal dari keberanian, kesetiaan, dan kebijaksanaan. Hang Tuah berasal dari sebuah keluarga sederhana di Kampung Sungai Duyung, Malaka. Meskipun berasal dari kalangan biasa, sejak kecil ia sudah menunjukkan keberanian, kecerdasan, dan keahlian dalam ilmu bela diri. Hang Tuah tumbuh bersama empat sahabat karibnya: Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, yang semuanya menjadi tokoh penting dalam hikayat ini.Hang Tuah hidup pada masa Kesultanan Malaka, yang pada abad ke-15 merupakan salah satu pusat perdagangan dan kebudayaan terbesar di Asia Tenggara. Pada masa itu, Malaka mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan yang kuat dan berpengaruh. Dalam konteks ini, Hang Tuah berperan sebagai laksamana atau panglima perang yang setia kepada Sultan Malaka. Ia menjadi simbol loyalitas terhadap raja dan negara.
Tujuan:
1. Kesetiaan pada Sultan dan Negara
Tujuan utama Hang Tuah adalah melayani dan menjaga kehormatan Sultan Malaka. Kesetiaannya kepada Sultan tidak pernah goyah, meskipun dia menghadapi berbagai rintangan, fitnah, dan pengkhianatan. Bagi Hang Tuah, loyalitas terhadap Sultan adalah hal yang utama, bahkan di atas hubungan pribadinya dengan teman atau keluarga. Salah satu contoh paling dramatis dari kesetiaannya adalah saat dia membunuh sahabatnya, Hang Jebat, atas perintah Sultan, meskipun Hang Jebat memberontak untuk membela keadilan bagi Hang Tuah.
2. Melindungi dan Mempertahankan Kesultanan Malaka
Sebagai laksamana dan panglima perang, tujuan Hang Tuah adalah mempertahankan Kesultanan Malaka dari ancaman internal maupun eksternal. Hang Tuah sering memimpin pasukan Malaka dalam pertempuran dan berperan dalam mempertahankan kedaulatan kerajaan dari musuh-musuh, baik dari kerajaan tetangga maupun dari ancaman bajak laut.
3. Menjalankan Diplomasi dan Misi Internasional
Hang Tuah juga memiliki peran sebagai diplomat, dan salah satu tujuannya adalah mewakili Malaka dalam hubungan internasional. Ia sering kali dikirim oleh Sultan untuk menjalankan misi diplomatik ke kerajaan-kerajaan lain, termasuk ke Tiongkok, India, dan wilayah-wilayah lain di Asia. Melalui misi-misi ini, Hang Tuah membantu memperkuat hubungan internasional dan memastikan Kesultanan Malaka dihormati di kancah internasional.
4. Menjaga Kehormatan dan Martabat Diri serta Bangsa
Selain tujuan yang berkaitan dengan tugas kepada Sultan dan negara, Hang Tuah juga memiliki tujuan untuk menjaga kehormatan dirinya sebagai seorang ksatria dan martabat bangsanya. Dia selalu bertindak sesuai dengan norma-norma kehormatan, keberanian, dan kebijaksanaan yang dianggap ideal dalam masyarakat Melayu. Bagi Hang Tuah, menjaga nama baik dan integritas sebagai seorang pahlawan adalah hal yang sangat penting.
5. Menjadi Teladan dalam Hal Kesetiaan dan Keberanian
Dalam tradisi sastra Melayu, Hang Tuah berfungsi sebagai teladan moral bagi masyarakat. Tujuannya adalah menunjukkan bagaimana seorang pemimpin dan ksatria harus bersikap, terutama dalam hal kesetiaan, keberanian, dan kebijaksanaan. Ia dijadikan simbol nilai-nilai Melayu yang ideal, dan tujuannya adalah untuk menginspirasi generasi mendatang agar meneladani sikap dan tindakannya.
Rumusan Masalah:
1. Kesetiaan dan Pengkhianatan
• Bagaimana konsep kesetiaan Hang Tuah kepada Sultan Malaka ditampilkan dalam Hikayat Hang Tuah, dan bagaimana hal tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya Melayu?
• Apakah tindakan Hang Tuah yang membunuh Hang Jebat, sahabatnya, dapat dianggap sebagai bentuk kesetiaan atau justru pengkhianatan terhadap hubungan persahabatan?
• Bagaimana konflik antara Hang Tuah dan Hang Jebat mencerminkan dilema moral antara kesetiaan kepada negara dan loyalitas terhadap sahabat?
2. Peran Hang Tuah dalam Kehidupan Sosial dan Politik
• Bagaimana peran Hang Tuah sebagai laksamana dan diplomat menggambarkan struktur sosial dan politik Kesultanan Malaka pada abad ke-15?
• Apa yang dapat kita pelajari dari diplomasi dan strategi perang yang dijalankan oleh Hang Tuah dalam mempertahankan kekuatan dan kehormatan Kesultanan Malaka?
3. Kepahlawanan dan Moralitas
• Bagaimana Hang Tuah ditampilkan sebagai simbol kepahlawanan ideal dalam budaya Melayu, dan bagaimana karakteristik ini tetap relevan atau berubah dalam masyarakat modern?
• Bagaimana nilai-nilai moral yang dipegang oleh Hang Tuah dapat diterapkan dalam konteks kepemimpinan modern dan bagaimana perbedaan konteks sosial mempengaruhi interpretasi nilai-nilai tersebut?
Manfaat:
1. Pelajaran tentang Kesetiaan dan Loyalitas
Kisah Hang Tuah memberikan pelajaran moral tentang kesetiaan yang tak tergoyahkan terhadap pemimpin atau negara. Hang Tuah adalah simbol loyalitas mutlak kepada Sultan Malaka, meskipun menghadapi berbagai fitnah dan cobaan. Hal ini memberikan inspirasi bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga komitmen dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas, baik kepada negara, pemimpin, maupun institusi
2. Inspirasi Kepahlawanan
Hang Tuah dikenal sebagai sosok pahlawan yang berani, bijaksana, dan tangguh. Karakternya menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk mengutamakan nilai-nilai keberanian, kebijaksanaan, dan pengorbanan demi kebaikan yang lebih besar. Hang Tuah dianggap sebagai model kepahlawanan yang ideal dalam budaya Melayu, mendorong orang untuk bertindak berani dan berani melawan ketidakadilan.
3. Warisan Budaya dan Identitas Nasional
Hang Tuah adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam pembentukan identitas nasional di Malaysia dan Indonesia. Sebagai salah satu pahlawan Melayu paling legendaris, kisahnya memberikan penguatan terhadap warisan budaya Melayu dan menghubungkan masyarakat dengan nilai-nilai tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini membantu mempertahankan dan merayakan warisan sejarah dan kebanggaan bangsa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berikut adalah beberapa aspek penting yang dibahas dalam kajian pustaka Hang Tuah
1. Naskah Klasik: Hikayat Hang Tuah
Sumber utama dalam memahami Hang Tuah berasal dari Hikayat Hang Tuah, sebuah karya sastra epik Melayu yang ditulis pada abad ke-17. Naskah ini bercerita tentang kisah kepahlawanan, kesetiaan, dan konflik moral antara Hang Tuah dan Hang Jebat. Hikayat Hang Tuah menjadi landasan utama dalam kajian sejarah dan kesusastraan Melayu, dan sering dianggap sebagai salah satu puncak sastra Melayu klasik.
• Teeuw (1966) dalam bukunya Modern Indonesian Literature menekankan pentingnya Hikayat Hang Tuah dalam mengilustrasikan nilai-nilai kesetiaan dan kepemimpinan yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Melayu tradisional.
• Braginsky (1993) dalam The Heritage of Traditional Malay Literature memberikan kajian mendalam tentang berbagai tema moral dan etika dalam Hikayat Hang Tuah, termasuk pengaruh cerita ini terhadap budaya dan identitas Melayu
2. Aspek Sejarah Hang Tuah
Banyak peneliti telah mencoba menemukan keterkaitan antara tokoh Hang Tuah sebagai sosok historis atau hanya fiktif. Ada pandangan yang menyatakan bahwa Hang Tuah adalah pahlawan legendaris yang mungkin memiliki dasar sejarah, tetapi telah dilambangkan sedemikian rupa dalam hikayat sehingga sulit memisahkan fakta dan fiksi.
• Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin), sebuah karya klasik lain yang juga mencatat kisah Hang Tuah, memberikan wawasan sejarah tambahan tentang konteks politik dan sosial Kesultanan Malaka pada zaman Hang Tuah. Dalam naskah ini, Hang Tuah digambarkan sebagai seorang panglima yang memainkan peran penting dalam mengamankan kejayaan Kesultanan Malaka.
• Ismail Hussein (1974) dalam bukunya Sistem Sosial dan Budaya Melayu: Pengaruhnya Terhadap Sastra meneliti bagaimana Hang Tuah sebagai tokoh fiksi historis menjadi simbol loyalitas dan kekuatan politik Melayu.
3. Kajian Sastra dan Moralitas
Dalam konteks kajian sastra, Hang Tuah sering ditelaah sebagai simbol moralitas dalam masyarakat Melayu. Penekanan pada kesetiaan, keberanian, dan kehormatan menjadi tema sentral dalam kajian pustaka mengenai tokoh ini.
• Mohd Taib Osman (1976) dalam studinya tentang sastra tradisional Melayu menganalisis bagaimana nilai-nilai moral yang digambarkan melalui Hikayat Hang Tuah mencerminkan struktur sosial dan norma budaya Melayu pada masa itu.
• Zaiton Harun (2010) dalam artikelnya “Cerita Berbingkai dalam Sastra Melayu: Analisis Hikayat Hang Tuah” membahas bagaimana struktur naratif dalam hikayat ini tidak hanya menggambarkan perjalanan fisik dan petualangan, tetapi juga konflik moral dan etika yang dihadapi oleh tokoh utama.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai Hang Tuah umumnya mencakup berbagai aspek penting dari kisah dan karakter Hang Tuah, yang mencerminkan nilai-nilai budaya, moral, dan kepahlawanan dalam tradisi Melayu. Berikut adalah beberapa aspek kunci yang sering dibahas dalam kajian tentang Hang Tuah:
1. Kesetiaan Hang Tuah kepada Sultan
Kesetiaan Hang Tuah kepada Sultan Malaka merupakan tema utama dalam Hikayat Hang Tuah. Hang Tuah dianggap sebagai simbol loyalitas yang absolut. Dalam berbagai kesempatan, Hang Tuah selalu menempatkan kepatuhan kepada Sultan di atas segalanya, termasuk ketika dia difitnah dan dihukum mati. Bahkan setelah diselamatkan, Hang Tuah tetap setia kepada Sultan dan bersedia membunuh sahabat karibnya, Hang Jebat, demi menjaga kehormatan Sultan.
Pembahasan kesetiaan ini sering kali menjadi perdebatan, terutama ketika dihadapkan pada nilai keadilan. Apakah Hang Tuah melakukan tindakan yang benar dengan tetap setia kepada Sultan meski difitnah? Pertanyaan ini membuka ruang untuk diskusi moral dan etika dalam konteks kesetiaan terhadap pemimpin yang tidak sempurna.
2. Konflik antara Hang Tuah dan Hang Jebat
Salah satu aspek yang paling menarik dari kisah Hang Tuah adalah konflik antara Hang Tuah dan Hang Jebat. Hang Jebat, setelah mengetahui bahwa Hang Tuah difitnah, memberontak melawan Sultan karena merasa ada ketidakadilan yang terjadi. Konflik moral muncul di sini, karena Hang Jebat mewakili prinsip keadilan dan perlawanan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang, sementara Hang Tuah tetap setia kepada Sultan meskipun tindakan Sultan tidak adil.Perbedaan pandangan antara Hang Tuah dan Hang Jebat tentang kesetiaan dan keadilan menggambarkan dilema moral yang mendalam. Banyak kritikus berpendapat bahwa Hang Jebat adalah sosok yang lebih mewakili keadilan sejati, sementara Hang Tuah melambangkan kesetiaan buta yang tidak memperhitungkan etika.
3. Hang Tuah sebagai Simbol Pahlawan Melayu
Hang Tuah digambarkan sebagai pahlawan ideal dalam budaya Melayu, menggabungkan sifat-sifat seperti keberanian, kesetiaan, kebijaksanaan, dan keahlian dalam diplomasi serta perang. Dia adalah seorang laksamana yang kuat, cerdas, dan dihormati, yang memainkan peran penting dalam menjaga kedaulatan dan kehormatan Kesultanan Malaka. Sosoknya sering dijadikan teladan moral dan simbol kepahlawanan yang diinginkan dalam masyarakat Melayu.
Dalam konteks yang lebih luas, Hang Tuah juga dipandang sebagai ikon nasionalisme, terutama di Malaysia, di mana kisahnya digunakan untuk memperkuat identitas nasional dan mengajarkan nilai-nilai seperti cinta tanah air, kesetiaan, dan keberanian.
4. Peran Diplomasi dan Kepemimpinan
Selain sebagai seorang prajurit, Hang Tuah dikenal sebagai seorang diplomat yang cerdas. Dalam banyak kisah, Hang Tuah menjalankan misi diplomatik ke berbagai negara, termasuk ke Tiongkok dan India. Ini menunjukkan bahwa perannya tidak hanya terbatas pada medan perang, tetapi juga dalam membangun hubungan internasional yang menguntungkan bagi Kesultanan Malaka.
Diplomasi dan kecerdikan Hang Tuah mencerminkan kebijaksanaan dan kemampuannya sebagai pemimpin, yang membuatnya dihormati oleh kawan maupun lawan. Sebagai tokoh yang mampu mengelola konflik dengan kepala dingin, Hang Tuah memberikan teladan tentang pentingnya kecerdasan emosional dan kemampuan negosiasi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi negara.
5. Simbol Budaya dan Warisan Sastra
Kisah Hang Tuah telah menjadi bagian integral dari warisan sastra Melayu, khususnya melalui Hikayat Hang Tuah dan Sejarah Melayu. Hang Tuah bukan hanya tokoh fiksi, tetapi menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Melayu. Kisahnya diajarkan dalam kurikulum sekolah dan dipelajari dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk sastra, sejarah, dan ilmu sosial.
Kisah ini juga menjadi media untuk memahami nilai-nilai tradisional Melayu, seperti kesetiaan kepada pemimpin, kehormatan, dan pengorbanan. Pengaruh Hang Tuah dalam membentuk nilai-nilai moral dan etika di masyarakat Melayu sangat kuat dan terus relevan hingga kini, meskipun juga membuka diskusi tentang bagaimana kesetiaan itu diterapkan dalam konteks modern.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan:
Kesimpulan tentang Hang Tuah mencerminkan kompleksitas karakter dan nilai-nilai yang terkandung dalam kisahnya, baik dari sisi kesetiaan, moralitas, maupun kepahlawanan dalam konteks budaya Melayu. Berikut beberapa poin utama kesimpulan mengenai Hang Tuah:
1. Simbol Kesetiaan dan Loyalitas
Hang Tuah adalah lambang kesetiaan mutlak kepada pemimpin dan negara, meskipun menghadapi fitnah dan ketidakadilan. Kesetiaan yang ditunjukkannya kepada Sultan Malaka sering dijadikan contoh ideal tentang bagaimana seseorang harus menempatkan kewajiban terhadap pemimpin di atas kepentingan pribadi, meskipun moralitas tindakan tersebut sering diperdebatkan.
2. Dilema Moral dan Konflik Kesetiaan
Konflik antara Hang Tuah dan Hang Jebat mencerminkan dilema moral yang mendalam, di mana Hang Tuah mewakili kesetiaan absolut, sedangkan Hang Jebat mewakili perjuangan demi keadilan. Konflik ini tetap relevan dalam diskusi mengenai moralitas kepemimpinan dan pemberontakan terhadap ketidakadilan.
3. Pahlawan Ideal dalam Budaya MelayuHang Tuah dianggap sebagai pahlawan ideal yang menggabungkan keberanian, kebijaksanaan, dan kepatuhan. Sosoknya melambangkan nilai-nilai tradisional Melayu seperti keberanian, kehormatan, dan pengorbanan. Dalam konteks sastra, Hang Tuah menjadi ikon yang memperkuat identitas budaya dan nasionalisme Melayu.
4. Relevansi Modern
Dalam perspektif modern, nilai-nilai yang dipegang oleh Hang Tuah sering kali dipertanyakan, terutama dalam konteks demokrasi dan keadilan sosial. Sementara Hang Tuah dipuja karena loyalitasnya, Hang Jebat dilihat oleh sebagian orang sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, yang lebih relevan dengan nilai-nilai kebebasan dan perlawanan terhadap otoritarianisme saat ini.
5. Warisan Budaya dan Sastra
Kisah Hang Tuah, yang dikisahkan dalam Hikayat Hang Tuah, adalah bagian penting dari warisan sastra Melayu. Kisah ini tidak hanya memperkaya literatur klasik Melayu, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai budaya dan moral yang diwariskan secara turun-temurun, menjadikannya bagian penting dari identitas dan kebanggaan budaya Melayu.
Saran:
Berikut adalah beberapa saran terkait pembahasan dan pemaknaan kisah Hang Tuah dalam konteks modern:
1. Penafsiran Ulang tentang Kesetiaan
Dalam dunia yang terus berubah dan bergerak ke arah demokrasi dan kesetaraan, kesetiaan seperti yang ditunjukkan oleh Hang Tuah perlu ditafsirkan ulang. Nilai kesetiaan memang penting, namun harus ditempatkan dalam kerangka keadilan dan moralitas yang lebih luas, bukan sekadar kesetiaan tanpa syarat kepada otoritas. Saran ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan konflik antara loyalitas dan keadilan secara lebih kritis.
2. Mempertimbangkan Perspektif Hang Jebat
Tokoh Hang Jebat sering dipandang sebagai antagonis, namun dalam konteks modern, nilai-nilai yang diperjuangkan Jebat seperti perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan perlu diapresiasi. Saran untuk mendalami konflik moral antara Hang Tuah dan Hang Jebat bisa membuka diskusi tentang pentingnya mengkritisi kekuasaan yang sewenang-wenang dan memperjuangkan keadilan sosial.
3. Mengambil Nilai-Nilai Universal
Nilai-nilai yang tercermin dalam kisah Hang Tuah seperti keberanian, tanggung jawab, integritas, dan diplomasi harus tetap dijaga dan diterapkan, namun dalam konteks yang lebih inklusif. Ini bisa menjadi saran untuk mempelajari aspek-aspek positif dari Hang Tuah dalam menghadapi tantangan masa kini, baik dalam hubungan diplomatik, kepemimpinan, maupun pengelolaan konflik.
4. Penyesuaian dalam Kurikulum Pendidikan
Kisah Hang Tuah masih sering diajarkan dalam kurikulum pendidikan. Saran untuk pendidikan adalah agar kisah ini tidak hanya ditekankan dari segi kepahlawanannya, tetapi juga dari sisi dilema moral dan relevansi modern. Ini akan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mempertanyakan nilai-nilai tradisional dalam konteks yang lebih kontemporer.
5. Pemaknaan Baru bagi Generasi Muda
Generasi muda perlu diarahkan untuk mengambil esensi moral dan kepahlawanan dari Hang Tuah, tetapi juga diajak untuk memahami bahwa dalam kehidupan modern, kesetiaan harus diselaraskan dengan keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan. Saran ini mengajak generasi muda untuk menilai bagaimana mereka bisa setia kepada negara dan pemimpin, namun tetap kritis dan berani memperjuangkan keadilan jika diperlukan.
SALINDIA KELOMPOK